Sejak kecil, gue udah terbiasa hidup penuh perjuangan. Gue kepisah dari ortu gue sejak gue Balita. Sejak saat itulah, gue hidup sama eyang gue. Hidup bareng eyang, tentunya tidak senyaman hidup bareng ortu. Gue nggak kenal dengan yang namanya uang jajan. Sejak SD, gue udah terbiasa dididik eyang dengan aturan: “Kalo mau punya sesuatu, harus ngelakuin sesuatu juga dulu”. Jadi, kalo gue mau suatu hal, misal sepatu baru, gue harus nyabutin singkong eyang, lalu dijual ke pasar. Atau, eyang nggak bakal ngasih uang saku sekolah, kalo bangun tidur gue nggak ngurusin kambing beliau dulu.

Waktu kecil, gue sempet mikir cara itu nggak adil buat gue. Di mana anak-anak lain bisa seenaknya minta ini-itu lalu dikasih, sedangkan gue harus kerja keras buat minta uang jajan doang. Kadang gue iri kepada teman-teman gue, yang seakan ortunya lebih peduli dan sayang kepada mereka. Sedangkan gue, selalu berat hidupnya.

Namun ternyata, background semacam itu membuat gue tumbuh menjadi cowok yang lebih tangguh. Faktanya, di antara temen-temen masa kecil gue yang sekarang juga udah seusia gue, gue termasuk yang paling maju. Bukan bermaksud pamer, cuma gue mau ngasih bukti aja bahwa didikan masa kecil sangat berpengaruh kepada sifat orang saat dewasa. Gimana tidak, teman-teman yang semasa kecilnya dimanja, selalu dikasih apa yang dia minta, akhirnya sampe gede dia selalu jadi ngandelin orang tua. Sehingga, saat dia diminta berdiri sendiri, dia tak cukup tangguh untuk melawan dunia.

Contoh sederhananya, 4 dari 5 temen gue sekarang udah nikah dengan status pengangguran dan kerja serabutan. Kenapa? Karena mereka mudah bosan untuk bekerja di tempat yang sama secara terus menerus. Kenapa mereka betah nganggur? Karena dari kecil, dia tak belajar tentang tanggung jawab. Semua tinggal minta orang tua.

Sedangkan gue, pilihan gue cuma 2:

- Berjuang sampai survive, atau
- Diem ampe mati sendiri.

Iya, eyang gue dulu setegas itu. Saat kecil, gue merasa itu semua nggak adil. Namun setelah dewasa, gue nyadar itu gede banget gunanya.

Ajaran eyang itu gue aplikasikan di dunia kerja, saat gue mulai pindah ke Jakarta. Dulu gue pindah ke Jakarta tanpa ada sanak-saudara, dan bekal duit seadanya. Sebagai anak daerah, gue cukup shock dengan harga makanan, kosan, dan gaya hidup Jakarta. Uang jajan gue sebulan di Jogja, abis dalam seminggu di Jakarta. Apakah itu membuat gue gentar dan pengin pulang lagi ke Jogja? Sempat terpikir begitu, namun akhirnya gue renungin, setiap naik kelas, pelajarannya pasti lebih susah. Begitu juga hidup. Kalo mau hidup yang lebih baik, ya harus berjuang lebih keras. Nggak boleh menikmati comfort-zone dan selalu "tinggal kelas". 


Akhirnya gue berjuang keras di Jakarta buat nyari kerja, memperbesar link, dan setelah perjalanan panjang, dari sehari-hari ngantor naik sepeda yang dipinjemin sama Bena, sekarang gue bisa pergi pake mobil atau moge milik gue sendiri. Itu semua berawal dari impian dan rasa kepepet "kalo nggak kerja, gue nggak makan". Iya, kadang potensi manusia itu baru bener-bener keluar kalo udah "kepepet". Makanya, untuk yang hidupnya santai mulu, saran gue, cobalah untuk menciptakan kondisi "kepepet", biar lo berani nekat.

Sekarang gue udah jadi tulang punggung keluarga, karena Bokap udah nggak ada, dan Nyokap sedang cidera patah tulang kakinya. Gue harus menanggung kebutuhan hidup keluarga gue. Kerja siang-malam di dunia kreatif, tak ada batas waktunya. Itu semua gue lakuin demi keluarga. Dan jangan pikir, kerja di dunia kreatif nggak membutuhkan usaha yang lebih besar. Justru, kerjaan gue mewajibkan gue untuk melakukan berbagai hal. Mulai dari kerja di depan komputer untuk nulis naskah selama berjam-jam, sampai harus mondar-mandir dari pagi sampe malem buat shooting video, atau malah harus sering pergi ke luar kota untuk mengisi seminar dan talkshow.

Dengan gaya hidup semacam itu, berbagai penyakit bisa berdatangan. Dan penyakit yang kadang kita sepelekan karena jarang kita kenali, adalah Osteoarthritis. Tuh, denger namanya aja lo udah bingung kan? Osteoarthritis adalah peradangan sendi yang bersifat kronis dan progresif disertai kerusakan tulang rawan sendi berupa disintegrasi (pecah). Simpelnya sih, itu akibat dari penipisan tulang rawan sendi yang efeknya membuat kita menderita nyeri-nyeri di persendian. Mungkin lo sekarang belum nyadar saat persendian tulang terasa nyeri-nyeri. Mungkin lo sekarang menyepelekannya karena masih belum kena. Tapi yang namanya penyesalan, selalu datang terlambat. Makanya, gue nggak mau merasakan penyesalan juga. Gue harus cukupin Nutrisi sendi, biar bebas gerak, dan tanpa kaku.

Sekarang, kalo abis shooting, atau abis duduk seharian di depan computer, gue sering ngerasa nyeri di lutut, dan pundak. Dan karena gue nggak mau kena penyakit yang aneh-aneh, gue pun mempersiapkan diri dengan Viostin DS, Nutrisi Sendi yang efektif banget. Kalo lo belom tau, Viostin DS adalah nutrisi sendi dengan kekuatan ganda. Viostin DS sangat ngebantu gue buat mengatasi rasa kaku dan nyeri sendi karena lapisan tulang rawan sendi yang menipis atau keropos. Soalnya, lapisan tulang rawan sendi ini fungsinya layaknya shock-breaker pada kendaraan. Yang membuat benturan antara tulang saat beraktivitas, jadi lebih lembut. Kalo lapisan ini rusak, tulang kita bisa langsung berbenturan, dan itu tidak sehat, dan bahkan bisa berbahaya efeknya.

Viostin DS mengandung kombinasi Glukosamin dan Kondroitin yang lebih besar, sehingga lebih cepat dan efektif dalam menstimulasi pembentukan tulang rawan sendi. Dengan rutin mengonsumsi Viostin DS, semua keluhan nyeri sendi gue lama-lama berkurang. Ngerti kan, sebalnya pulang kerja, capek banget, mau tidur, tapi nggak bisa tidur karena nyeri sendi yang berlebihan? Viostin DS lah solusinya. Pokoknya, Viostin DS ini bikin gue bisa gerak tanpa kaku, dan gue bisa lemesin tubuh sesuka gue.

Cara kerja si Viostin DS ini sangat-sangat makes sense. Kandungan glukosamin dan kondroitin dari Viostin DS bereaksi menciptakan cairan synovial yang fungsinya adalah melumasi sendi yang aus, membentuk tulang rawan baru, dan mengatasi rasa nyeri. Serunya lagi, Viostin DS ini aman dikonsumsi bahkan untuk penderita diabetes, karena tidak meningkatkan kadar gula darah bagi orang yang mengonsumsinya. Tapi, harus diinget juga, nggak boleh berlebihan dalam segala hal. Viostin DS aman dikonsumsi 3 kali per hari maksimum selama 3 bulan untuk hasil yang optimal.


Nah, dengan Viostin DS, gue sebagai tulang punggung keluarga, lebih percaya diri dengan kondisi tulang tubuh gue yang nggak digerogoti penyakit. Saran gue, kalo pun elo belum tertarik buat nyobain Viostin DS, coba deh lo beli buat orang tua atau keluarga lo. Nyeri sendi adalah keluhan berjuta-juta manusia berusia paruh baya. Dengan ngasih Viostin DS, seenggak itu itu bisa mengurangi derita mereka. Tuh, jadi anak berbakti pun bisa semudah ngasih Viostin DS ke orang yang tersayang.

Hidup cuma sekali, mending selalu jaga kesehatan diri. Oiyah, kalo lo mau tau lebih mengenai Osteoarthritis, dan minat buat beli Viostin DS, cek: http://www.solusisendi.com/I/r/shitlicious deh.

Okay.. This is the end of the post. Semoga tulisan kali ini bermanfaat buat lo. Ciao!