Tiap lebaran, tiap arisan keluarga, tiap ada saudara nikahan, lo (yang udah dianggap dewasa) pasti gerah sama pertanyaan "Kapan nikah?"

Mungkin pertanyaan itu buat para penanya cuma basa-basi semata. Tapi buat lo yang usianya memang udah layak nikah, namun belum juga punya pasangan (atau punya pasangan tapi dia nggak ngasih-ngasih kepastian), pertanyaan itu bisa bikin resah. Apalagi kalo pertanyaan semacam itu diulang-ulang terus setiap ketemu saudara. Lama-lama bikin kita pengin pindah ke Mars dan  belajar membahagiakan diri sendiri.

Tenang.. Di postingan ini, gue mau berbagi tentang beberapa alasan untuk tetap sendiri dulu daripada terjebak hubungan palsu. Iya, jangan sampai lo mencoba berkomitmen (pacaran/nikah) karena alasan-alasan di bawah ini, karena efeknya bisa bahaya:

Kesepian
Serunya hidup saat punya banyak teman buat diajak ke mana-mana. Berbagi canda tawa, maupun berbagi perihnya luka. Tapi kadang kesenangan itu hilang, saat mereka mulai jatuh cinta. Karena tak akan ada lagi teman yang sama, saat mereka sedang dimabuk cinta. Wajar, setelah mereka pacaran, mereka punya prioritas baru yang kadang lebih penting dibanding pertemanan. Efeknya apa? Lo kesepian.

Dari yang biasanya punya temen buat nongkrong, jadinya nongkrong sendiri. Dari yang biasanya punya temen buat ngegame, jadi ngegame sendiri. Dari yang biasanya boker bareng, punggung-punggungan, jadi cebok sendiri. Pengalaman semacam itu memang pedih. Hidup berasa punya lubang besar yang terasa menganga, dan hampa.

Dalam keadaan kayak gini, kadang ada dorongan buat nyari pacar biar sama-sama punya pasangan kayak teman-teman dan nggak lagi kesepian. Apakah itu langkah yang bijak? TIDAK.

Bila kesepian adalah alasan lo untuk berkomitmen, maka saat lo nggak kesepian lagi, lo bakal dengan mudah ninggalin komitmen itu. Kenapa? Karena saat lo nggak kesepian, lo nggak perlu lagi pasangan. Kasian, si pacar cuma jadi cadangan pengusir kesepian. Lo tega?

Coba baca tulisan gue YANG INI, mungkin mencerahkan soal kesendirian.

Dikejar Umur
Seperti keresahan yang gue tulis di pembuka tulisan ini. Omongan saudara, orang tua, yang menanyakan tentang pasangan hidup di saat lo udah dianggap dewasa memang mengganggu. 

Gue sering banget denger temen-temen (terutama cewek) yang seumuran gue nyeletuk, "Pokoknya siapapun yang dalam waktu dekat berani datang ke rumah dan melamar aku ke orang tuaku, bakal aku nikahin."

Kadang iba sama orang-orang yang kayak gini. Ya mending kalo yang ngelamar dia manusia, kalo Jenglot gimana?

Tapi apakah segera menikah adalah solusi untuk masalah dikejar umur itu? TIDAK.

Buru-buru nikah dengan orang yang belum benar-benar kita kenal pribadinya itu seperti membeli kucing dalam karung. Kita nggak tau apa yang akan kita dapatkan. Syukur-syukur, dapetnya kucing persia yang berbulu lebat dan lucu, nah kalo dapetnya kucing garong? Kan sayang.

Mana rencananya bakal selamanya menjalani hidup sama orang itu, pula. Kata nyokap gue, orang yang salah milih pasangan hidup, maka akan salah juga caranya dalam menjalani hidup. Pasangan yang baik, yang selalu memberi dukungan, dan doa, akan memberikan kehidupan yang lebih baik. Namun pasangan yang selalu cuek, kasar, dan terlalu dominan, akan membuat hidup semakin penuh beban. Bayangin seramnya punya pasangan semacam itu sampai lo tua.

Masih minat, asal nikah buru-buru?

Pengin Move On
Ini yang bikin gue kadang gemes. Setelah patah hati, daripada galau, beberapa orang memilih untuk segera jadian lagi. Mereka percaya, dengan punya pacar baru, mereka bakal segera lupa kepada orang dari masa lalu. Padahal... TIDAK.

Segera jadian, mungkin akan membuat lo seneng lagi, bisa ketawa-ketawa lagi, dan bisa ngerasa lebih baik. Tapi emangnya harus pacaran ya, biar bisa gitu lagi?

Sebaiknya, lo kenali dulu kebutuhan orang patah hati itu apa aja. Seperti, teman buat berbagi uneg-uneg di hati, bahu untuk menangis, dan kalimat penyejuk hati. Di mana, itu semua bisa didapat dari teman-teman yang bisa mengerti. Nggak selalu dari pacar.

Kenapa gue saranin untuk nggak jadian setelah lo putus? Karena kenyamanan yang lo rasain dari pasangan baru lo itu biasanya cuma bakal bertahan sesaat. Iya, saat hati lo masih cidera aja. Nanti begitu hati lo udah sembuh lukanya, lo nggak ngerasa perlu pendengar lagi, nggak ngerasa perlu bahu untuk bersandar lagi, mungkin lo bakal ngerasa pasangan baru lo ini nggak ada gunanya. Karena sejak awal, yang lo rasain ke dia itu bukan cinta, tapi kenyamanan sesaat aja. Akhirnya ya, kalo udah bosen, ilfeel seketika.

Jahat ya?

Kasian
Ditelpon gebetan, diajak jadian dengan alasan dia bentar lagi mati karena penyakit ambeien di otak. Terus karena lo kasian, lo terima deh cintanya. Apakah itu alasan yang tepat buat jadian? TIDAK.

Jadian cuma karena kasian, jelas sebuah hubungan yang akan berjalan secara pincang. Cinta itu kan membutuhkan ketulusan, kepercayaan, dan kenyamanan. Kalo jadiannya karena kasian, maukah lo nyium dia dengan penuh rasa cinta? Di saat dia belum gosok gigi selama 5 bulan?

Gue yakin, lo nggak bakal ngerasa nyaman untuk menggenggam tangan, memeluk, maupun mencium orang yang nggak benar-benar lo cintai. Karena rasa kasian dan rasa cinta itu beda. Cinta itu ingin memiliki, kasian itu ingin bantu. B-e-d-a. Endingnya apa? Secara nggak sadar, lo udah nipu pasangan lo itu. Cinta yang lo beri ke dia, palsu.

Sedih ya?

Yang mau gue tekankan di tulisan ini sih, "Jangan makan saat terlalu lapar, makanlah sebelum lapar".

Hah? Dari bahas soal hubungan kok jadi bahas kuliner. Lo mabok solar, Litt?

Nggak.. Jangan telan kalimat itu secara arti harfiahnya. Itu cuma analogi. Maksudnya begini, kalo lo makan saat sedang terlalu lapar, tumis beton pun terasa enak. Lo nggak bisa bedain lagi mana makanan yang bergizi dan mana yang beracun. Semua bakal lo makan karena perut udah memaksa untuk diisi.

Nah, begitu juga dalam hubungan. Jangan memilih pasangan saat lo sedang putus asa. Karena, dalam keadaan seperti itu, lo akan melupakan banyak pertimbangan penting dalam memilih pasangan. Semuanya lo anggap bagus. Akhirnya apa? Bisa aja lo ngambil pasangan yang salah. Yang nggak berkualitas. Yang hanya akan menyenangkan lo di awal, tapi merepotkan lo di belakang. Mending kalo komitmennya cuma pacaran. Lha kalo udah nikah? Kebayang nggak, seremnya menikahi orang yang ternyata suka berak di jendela? Seumur hidupnya. Hiiii..

Selalu percaya dan sabar aja. Tuhan akan memberikan yang kita BUTUH, bukan yang kita MAU. Dan soal jodoh, biasanya Tuhan akan memberikan pasangan yang memang PANTAS untuk kita dapatkan. Buat lo yang doyan nongkrong di diskotik, ya susah buat dapet pasangan anak pesantren. Buat lo yang suka bergaul sama cabe-cabean, ya susah buat dapet pasangan wanita karier. Intinya, pantaskan diri dulu, lalu biarkan Tuhan memilihkan yang pantas untuk menjadi pasanganmu. Jangan protes karena lo nggak laku-laku, di saat lo ngabisin waktu cuma di kolong tempat tidur melulu.

Ciao!