"Eh.. Lo abis jadian ya? Makan-makan bisa, kali!"
"Eh.. Lo bikin resto ya? Makan gratis bisa, kali!"
"Eh.. Denger-denger nenek lo meninggal? Traktirannya dong!"

Gue yakin sebagian besar dari lo pernah denger kalimat-kalimat seperti di atas. Dan mungkin, elo sendiri pelakunya. Kalo emang lo adalah tipe teman seperti di atas, maka di postingan ini, gue mau ngajak lo buat berhenti ngelakuin kebiasaan di atas.

Oke, cerita ini berawal saat gue punya temen dari Australia, namanya Suprii. Iya, itu nama samaran. Supri ini hidup di Indonesia selama beberapa tahun, untuk menjalani kuliahnya. Di mata temen-temen gue, Supri dicap sebagai "Bule Pelit". Kenapa begitu? Soalnya setiap kali Supri ngajak anak-anak nongkrong di apartemennya buat nonton film rame-rame, dia minta anak-anak buat bawa snack dan softdrink sendiri-sendiri. Selain itu, Supri juga nggak mau buat nraktir anak-anak di hari ulang tahunnya.

Gara-gara sifat itu, anak-anak nggak mau lagi nongkrong sama Supri. Sedangkan gue, masih suka nongkrong sama dia biar ketularan ganteng. Karena masih sering nongkrong sama Supri, gue jadi tau sifat-sifat Supri. Ternyata, dia nggak pelit. Justru pas gue ultah, dia ngasih gue kado. Terus pas gue jualan kaos, dia jadi pembeli pertama. Supri tidak pelit, dia hanya bergaul dengan orang-orang yang salah.

Nah, dari pengalaman di atas, gue dapet beberapa pemahaman yang menarik dari sifat Supri. Dan gue pengin berbagi ke elo, bahwa pertemanan itu nggak harus mahal.

Ngerayain Ultah
Gue inget waktu adik gue ultah, pas dia masih SMA. Dia seharian nggak keluar rumah, mengurung diri di kamar, ngadu keong. Gue penasaran, apa yang membuat dia murung di hari spesialnya. Ternyata, dia takut bertemu teman-temannya (maupun bertemu orang-orang yang mendadak sok akrab dan ngaku teman). Soalnya, di hari ulang tahun, biasanya dia akan dikerjain, lalu diminta buat nraktir teman-temannya di restoran. Pernah terjadi di tahun sebelumnya, di mana adik gue harus ninggalin motor di restoran buat jaminan, karena teman-temannya mendadak cabut setelah makan. Ini adalah salah satu budaya orang Indonesia yang menurut gue perlu dihapuskan.


Sebaiknya, orang yang merayakan ulang tahunnya itu malah disempurnakan harinya. Buat hari spesial dia itu jadi makin spesial. Bukan malah diiket, badannya diolesi darah, lalu dicemplungin ke sarang Komodo. Hari ulang tahun, harusnya jadi hari yang ditunggu, bukan hari yang dihindari karena takut dikerjain dan diporotin.

Bayangkan indahnya, kalo pas temen ulang tahun, kita patungan beliin kado, terus ngasih surprise kue tart tanpa menyiksanya, apalagi lanjut ajak dia jalan rame-rame ke tempat yang dia suka. Bukankah itu bakal bikin hubungan pertemanan jadi lebih indah dan berkesan?

Pajak Jadian
Gue masih nggak nemuin korelasi antara orang yang abis jadian, terus teman-temannya menuntut untuk dikasih traktiran. Mereka bilang, itu sebagai PJ (Pajak Jadian). Sedangkan konsep pajak adalah, kita harus memotong penghasilan kita, untuk diberikan kepada negara, agar negara bisa membangun infrastruktur yang mempermudah kehidupan kita. Nah, apakah orang-orang yang minta PJ itu, mau nganterin tuh orang pacaran ke mana-mana? Mau bangun bangku taman kalo temennya lagi pengin kencan di taman? Atau, mau minjemin kasur, kalo temennya mau berkembang biak?

Gue lebih bingung lagi, kalo orang yang abis jadian diminta buat nraktir makan-makan, terus nanti kalo dia putus, apakah teman-temannya bakal gantian nraktir makan rame-rame? Mungkin nama kerennya adalah "Santunan Patah Hati". Nah, kalo kayak gitu, lebih fair deh.

Mulai Bisnis
Saat teman nyoba bikin tempat usaha, lo minta gratisan dari dagangannya? Gue nggak setuju. Sebagai teman, sebaiknya lo mendukung bisnisnya dengan cara menjadi pembeli dari dagangannya, tanpa diskon. Malah kalo bisa, lo borong dagangannya, biar dia makin semangat buat ngejalanin usaha.

Meminta diskonan, apalagi gratisan dari teman yang sedang merintis usaha adalah perilaku yang kejam. Gue yakin, orang yang pernah merintis usaha, bakal setuju sama pendapat gue. Tapi buat orang yang belum pernah berusaha merintis usaha, bakal bilang "Halah.. Gitu doang perhitungan". Padahal, orang yang baru merintis usaha itu sangat mengharapkan segera kembali modalnya. Mereka belum punya profit yang tetap. Di bagian awal dari sebuah usaha, justru masih banyak banget rintangannya. Belum punya pelanggan, belum punya pemasukan yang bisa diandalkan, dan belum bisa meraup banyak keuntungan.

Emang, kalo temen lo bangkrut usahanya, lo bisa gantian modalin dia biar bisa ngelanjutin usahanya?

Promosi Jabatan
Melihat teman naik jabatan di pekerjaannya, biasanya ada aja orang yang mengucapkan selamat dengan embel-embel, "Makan-makan bisa, kali!" Atas dasar apa, request semacam itu muncul ya? Apakah orang itu sangat berpengaruh dan sangat membantu sampai temannya bisa naik jabatan? Ataukah orang itu cuma menganggap segala kebahagiaan teman, adalah kesempatan untuk minta traktiran? Please. Traktiran itu nggak perlu jadi tuntutan, biar dikasih kalo emang dia punya keikhlasan.

Intinya, gue mau ngajak lo buat berenti jadi teman benalu. Mari kita jadi teman yang supportif, yang bisa bikin teman kita bersyukur memiliki kita. Jangan sampai kehadiran kita, malah mengurangi kebahagiaan di momen-momen spesial dia. Masalah traktiran, semua akan lebih nikmat kalo dia yang ngundang karena kesadarannya sendiri, dibanding kita paksa buat bayarin. Semoga lo setuju sama gue.

Jadi, kalo ada orang yang ngaku teman dan bilang kalimat-kalimat ini,

"Wah.. Jadian ya? Makan-makan dong!"
"Wah.. Lo jualan bakso ya? Minta gratisannya dong!"
"Wah.. Lo jualan sianida ya? Icip-icip dong!"

Jawab aja, "Pertemanan lo itu terlalu mahal".

Sekali lagi gue tekankan:
Jangan membayar terlalu berlebihan, untuk teman yang murahan.