Jadi ceritanya tadi gue iseng buka Youtube, lalu ngecekin komen yang masuk di video-video channel gue. Lalu, gue nemu sebuah komen yang isinya begini:
 

Nih komen nongol di video Draw My Life gue, yang nyeritain sejarah gue dari nol sampe gue punya karier seperti sekarang. Dengan harapan, video ini bisa membuat anak-anak muda di luar sana, nggak mengulangi kesalahan gue di masa lalu, dan fokus mengejar impian mereka sehingga mereka mendapatkan kehidupan yang selayaknya mereka impikan. Namun, apakah niat baik selalu mendapat respon yang baik? Tidak. Komen di atas adalah salah satunya. Dan sebenarnya masih banyak komen-komen pedas lain yang gue baca di channel Youtube gue, maupun di sosial media. Ada yang ngatain "Ngapain sok eksis bikin video? Mata jereng gitu!", ada yang ngatain "Muka lo kampungan", dan berbagai komentar yang jelas niatnya cuma mau nyakitin hati, bukan mengomentari isi dari karya gue.

Tentu hal semacam ini, tidak cuma terjadi ke gue. Liat aja sosial media dan kolom komentar Youtube. Kata-kata penuh kengerian muncul di sana. Terutama di video-video yang berhubungan dengan politik atau agama.

Jujur, gue pernah sakit hati dengan kelakuan orang yang begini. Gue jadi inget kira-kira taun 2012, gue nyamperin "preman keyboard" yang suka ngata-ngatain orang begini. Tapi itu bukan karena gue yang dihina, melainkan nyokap gue yang dihina. Gue Alhamdulillah udah cukup kebal dengan komen hinaan soal tampang dan lain-lain. Main sosmed selama satu dekade sudah bikin gue terbiasa. Toh, gue sadar, gue gak ganteng dan gak sempurna. Ngapain sakit hati saat ada yang menghina? Dia gak ngehina gue, tapi ngehina salah satu karya Tuhan. Long story short, dengan keahlian kepo gue yang super, layaknya seorang cewek yang pacarnya tiba-tiba ngilang 3 hari, gue cari siapa orang di balik akun itu.

Gue ubek-ubek akunnya, sampai akhirnya dia check-in di sebuah lokasi yang dia publish di aplikasi 4square. Waktu itu gue langsung cabut ke lokasi dia berada yang kebetulan adalah sebuah cafe. Gue dateng, gue perhatiin cafe itu, sambil mencari-cari orang itu dengan bekal foto-foto dari akun Facebooknya.

Beberapa menit kemudian, gue melihat seorang bocah tanggung lagi duduk dan ngopi sendirian di pojokan. Penampilannya sangat biasa, bahkan terlalu ironis bila dengan tubuhnya yang mungil itu, dia mampu bertindak layaknya preman di internet. Gue buang rasa kasian jauh-jauh, gue samperin dia, dan dia terlihat sangat kaget dengan kehadiran gue di depan mukanya.

"Coba.. ulangin apa yg kamu bilang soal mamaku tadi di twitter. Secara langsung, di depanku." Gue ucapin kalimat itu di depannya, sambil gue buka plester yang nempel di mata gue. Mata gue yang penuh bekas jahitan itu pun terlihat menganga. "Siapa tau matamu bisa aku bikin jadi kayak mataku~" Lanjut gue.

 

Bocah itu diem, tegang, dan ntah ngaceng atau tidak, tapi tangan dia taruh di bawah meja terus.

"Ayo.. bilang langsung dong. Biar kamu tau, gimana ekspresiku waktu denger kamu ngehina ibuku." Pelan-pelan gue pegang dan remas belakang lehernya. Anak itu semakin panik. Wajahnya merah padam.

"Eng.. enggak, Bang.. tadi itu.. itu tadi.. itu.."

"Wah.. kamu aslinya gagap ya? Pantes lebih pede kalo nulis." Sindir gue. Gue tau dia gagap cuma karena ketakutan.

"Maaf Bang.. saya cuma bercanda. Sumpah, Bang! Sumpah!"

"Oh.. Jadi menggunakan ibu orang sebagai bahan bercandaan itu menurutmu adalah sebuah hal yang lucu, ya? Wah.. berarti aku boleh becandain ibumu dong ya? Coba aku tanyain ibumu langsung ya? Nanti kamu pulang sama aku. Aku mau liat betapa bangganya ibumu dengan opinimu."

Bocah itu semakin panik. "Enggak Bang.. enggak! Ampun bang. Jangan. Abang boleh hukum saya apaaa aja Bang. Tapi jangan lakuin itu Bang."

Dengan tenang, gue pun menjawab. "Oke.. karena kamu minta, aku bakal ngasih satu hukuman."

"Iya Bang.. saya siap."

Gue celupin telunjuk tangan gue ke gelas kopi yang sisa ampas doang di hadapan tuh bocah. Gue ambil ampasnya, lalu gue coretin ke dahi, pipi, dagu dan hidungnya. Bocah itu pasrah.

"Aku bakal mesen kopi, lalu duduk di seberang. Kamu gak boleh hapus semua ampas kopi itu dari wajahmu, sampe aku pergi dari tempat ini."

"Oke Bang.. Saya terima."

"Good.."

Gue pun duduk di meja lain, sambil minum kopi dan menikmati makan malam. Pengunjung lain berdatangan, dan memperhatikan muka bocah itu. Dia hanya tertunduk malu.

Ya.. itu adalah salah satu kejadian yang pernah gue alamin dalam menghadapi orang-orang berjari tajam di internet. Dan sampai hari ini pun, orang-orang semacam itu masih berkeliaran di luar sana. Bahkan, yang gue liat justru makin banyak preman keyboard di seantero internet. Gue cuma penasaran, kenapa sih harus sekejam itu saat ngomenin orang di internet?

Internet, sebuah teknologi yang memudahkan manusia untuk berkomunikasi dan berekspresi, ternyata memiliki efek samping yang kurang baik juga. Internet menyediakan "topeng" bagi mereka yang ciut nyalinya di dunia nyata, dan bisa bertingkah layaknya algojo di dunia maya. Mereka mengeluarkan sisi jahat dari diri mereka, seperti mencacimaki orang, membully orang, dan bahkan menipu orang dengan bantuan "topeng" di internet.

Gue sangat menyayangkan hal seperti ini malah banyak dinikmati. Yang menandakan bahwa sebenarnya banyak orang "sakit" di luar sana yang akhirnya punya media buat berekspresi. Mereka berani melakukan apapun yang tak pernah mereka berani lakukan di dunia nyata. Ada yang aslinya cupu, di internet jadi playboy. Ada yang aslinya pengecut, di internet jadi jagoan. Ada yang aslinya cowok, di internet jadi cewek.

Yang mereka kadang lupa sadari adalah, mereka itu "sakit". Suka menyakiti orang, agar bisa merasa senang, adalah ciri-ciri psikopat. Mungkin menghina orang, dianggap hal sepele. Tapi, bukankah bola salju raksasa yang longsor menjadi bencana juga dimulai dari butiran-butiran kecil yang dibiarkan menggelinding dan membesar?

Selain itu, internet juga kadang dijadikan sebagai tempat melampiaskan kekecewaan, masalah, dan kemarahan yang didapat di dunia nyata. Larinya ke kirim komen atau tweet pedas kepada orang-orang yang niatnya menghibur mereka di internet. Kenapa mereka nggak berani melampiaskan di dunia nyata juga? Ya karena mereka pengecut aslinya. Mereka tak mampu menghadapi ketakutan dalam realita, itulah kenapa mereka membutuhkan topeng agar terlihat jagoan di dunia maya, lalu merasa berani dan bangga. Tolong.. tolong akhiri kebiasaan itu. Jangan pelihara sifat seperti itu, kalo lo gak mau pelan-pelan jadi pecandu menyakiti orang lain beneran. Psikopat lebih bahaya dari penjahat. Penjahat sadar yang dia lakukan itu salah, psikopat tak pernah merasa bersalah.

Guys.. Mari kita kembalikan hakikat internet. Di mana fungsinya untuk memudahkan hidup, bukan menambah masalah hidup orang lain. Selalu ada manusia yang punya perasaan di balik setiap akun sosial media di internet. Maka, hati-hatilah saat mengomentari mereka. Bayangkan, apabila saudara atau keluarga membaca apa yang lo tulis di sosial media untuk menjatuhkan orang lain. Apakah mereka bangga melihat "pencapaian" itu?

Bila internet memberi kita "topeng", maka jadilah superhero. Manfaatkan topeng itu untuk berbuat baik tanpa pamrih. Membuat seseorang menjadi senang, mungkin dengan hal sesimpel memuji "waw.. kamu keliatan cakep hari ini. Semangat dalam beraktivitas, ya!"

Hal sesimpel itu bisa mengubah hari seseorang. Percayalah.. Banyak orang suka dipuji dan disupport oleh orang lain, dibandingkan tiba-tiba dihina orang lain.

So, in the end of the post. Gue cuma mau ngajakin untuk behave di internet. Mari kita ciptakan lingkungan yang nyaman di internet. Jangan jadikan internet sebagai tempat yang menakutkan bagi mereka yang tidak siap dicacimaki oleh orang yang tak mereka ketahui. Apapun di internet itu simpel. Kalo lo gak suka, close tab, jangan dilanjutin ngeliatnya. Jangan jadi orang bodoh, tidak suka dengan apa yang dilihat, ngomel-ngomel, namun sambil terus-terusan ngeliat. Are you trying to rape your eyes?! Udah gitu, ada juga tipe orang yang gak suka dengan video alay, tapi malah ngeshare videonya sambil ngomel-ngomel. Lah.. Malah bikin orang alay terkenal dong. Dan alay itu akan menginspirasi alay lain buat bikin video alay. Jadinya semua V1d30 y0utub3 b4k4L b3g1n1 judulny4. Gak mau kan? So, just ignore any content that you don't like.

This is the end of the post. Ini cuma opini menjelang tidur. Maaf kalo ada yang tersakiti waktu baca tulisan ini. Dan melanjutkan cerita gue nyamperin hater di atas, sejak saat itu, gue gak peduliin orang-orang yang komen menghina gue lagi. I simply press delete button and block them. Gue gak mau nyia-nyiain waktu dan tenaga gue buat nanggepin preman keyboard kurang perhatian di internet. Kenapa? Karena pasca gue nyamperin bocah itu, gue kepoin sosial medianya, dia malah update status: "Hore.. gue disamperin idola gue!"


Read More