Selasa, September 24, 2013

Masa Depan itu Disiapkan, Bukan Cuma Ditunggu
Suatu pagi yang cerah, Supri menyambangi rumah Harno sahabatnya. Kebetulan Harno sedang duduk di teras, menikmati secangkir Rinso hangat sambil membaca koran.

"Har.." Supri berdiri dengan kepala tertunduk sambil menyatukan kedua telapak tangannya di depan titit.

"Eh Supri.. Ada apa tumben pagi-pagi ke sini? Biasanya kamu bangun tidur abis Ashar kan?"

"Hehe.. Gini.. To the point aja ya.." Supri menggaruk-garuk kepalanya, diikuti benda kecil-kecil berwarna putih yang berjatuhan. Pundaknya terlihat seperti miniatur white christmas.

"Iya.. Iya.. Gimana?"

"Gini.. Ningsih, pacarku yang aku dapetin dari twitter itu, ngajakin nikah secepatnya.."

"Wah.. Bagus itu, daripada kamu zinah online terus.." Harno terlihat antusias dengan rencana Supri untuk menikah. Dia letakkan kacamata bacanya di sebelah cangkir yang mulai dingin itu.

"Tapi Har.. Masalahnya.. Aku ndak ada biaya buat nikah.. Sedangkan ibunya Ningsih minta aku nikah di gelora Bung Karno, serta mengundang reporter Al-Jazeera"

"Wah.. Emang kamu ndak ada tabungan sama sekali? Bukannya gajimu dari perusahaan kloset goyang itu gede ya, Pri?"

"Gede sih.. Tapi kan pengeluaranku juga gede.. Hehehe.. Jadi, kamu mau minjemin aku duit nggak, Har?" Muka Supri merah padam.

"Kamu nggak lihat keadaanku ya? Aku aja tidur di mesin cuci bekas. Dan tiap hari ngaduk-ngaduk tempat sampah gini loh!" Harno berdiri menyongsong Supri.

"Jadi kamu nggak mau bantuin aku Har?"

"Bukannya nggak mau, tapi nggak bisa. Lagian ya, Pri.. Kalo buat nikah aja kamu ngutang, gimana kamu mau ngurus anak istrimu nanti? Beliin susu, beliin pakaian, beliin iPad, beliin Power Bank? Udah lah.. Ditunda dulu nikahmu sampe kamu bisa me-manage keuanganmu itu.. Masa depan itu adalah ledakan yang kamu rancang dari sekarang. Bisa jadi kembang api yang indah, atau jadi bom yang mematikan. Itu pilihanmu sendiri." Harno menepuk pundak Supri dan menatap matanya dalam-dalam.

"Malah diceramahin.. Yowis ah.. Aku pamit dulu!" Supri ngeloyor pergi sambil pipis sembarangan di seluruh penjuru teras rumah Harno yang seluas 1 meter itu.

Dari cerita di atas, gue setuju banget dengan opini si Harno soal masa depan. Dari apa yang gue liat di sekitar gue, banyak banget orang yang nyepelein masa depan. Mungkin motto mereka, "Apa yang bisa dinikmati hari ini, ya habiskan hari ini". Sedangkan motto hidup gue, seperti di postingan ini, "Calon orang sukses adalah orang yang mau menunda kesenangannya".
Read More
Minggu, September 15, 2013

Adik Gue, Jagoan Gue
Sore itu Andi, adek gue baru balik dari sekolah. Dia sekolah di salah satu sekolah favorit di Batam yang isinya anak-anak orang kaya. Meskipun teman-temannya biasa diantarkan sekolah dengan mobil mewah, tapi Andi tetap mau sekolah dengan sebuah motor Astrea Grand taun 90-an dengan gagah. Andi bergegas melepaskan seragam sekolahnya, lalu mengambil makan siangnya. Dan kurang dari 10 menit, Andi udah kelar makan. Kadang gue heran dengan kecepatan makannya. Gue curiga, sebenernya dia nggak perlu makan nasi untuk menghilangkan rasa laparnya, cuma perlu melakukan proses fotosintesis aja.

Setelah dia minum segelas air putih, Andi berpamitan ke mama. Dia harus pergi menuju pangkalan gorengan.


Ya.. Adek gue jualan gorengan.

Tunggu dulu.. Jangan buru-buru ngejudge gue jadi kakak yang jahat dan nggak peduli sama adik ya. Tapi nggak apa-apa, tetangga gue juga banyak yang ngejudge gue jahat karena membiarkan adik gue hidup susah di saat gue udah dianggep sukses. Padahal, justru ini adalah cara yang gue tempuh untuk memperbaiki pola pikirnya yang sempat dirusak oleh pergaulan yang salah.  Gue nggak peduli sama kata tetangga atau kata orang-orang di luar sana. Mereka berhak mengomentari, gue berhak menikmati pilihan hidup sendiri. Jadi, sebelum menilai sesuatu, akan lebih baik kalo mencari tahu dulu alasan dibalik hal itu.

Oke, kembali ke 10 taun yang lalu, saat kami masih tinggal serumah ya. Gue dan adek gue cuma berdua di rumah. Saat itu gue masih sekolah di SMP, dan adek gue baru masuk SD. Kegiatan gue tiap pagi adalah ngebangunin adek gue, mandiin dia, nyiapin sarapan dia, baru deh gue mandi, sarapan dan berangkat sekolah bareng.

Loh? Loh? Kok elo semua yang ngurus Litt? Ortu ke mana?
Read More
Sabtu, September 07, 2013

The Life of a Secret Admirer
Supri memasuki kamar tidur dengan menyeret-nyeret kedua kakinya. Bukan.. Supri bukan pengidap penyakit stroke, atau lagi latian casting film Dokter Ngesot. Dia abis ikut lomba futsal massal dengan jumlah peserta mencapai 60 orang per team, dan luas lapangan futsalnya 2 hektar. Bolanya berdiameter 5 meter. Iya, lomba futsal itu jadi keliatan kayak sekumpulan kumbang yang lagi rebutan kotoran buat didorong-dorong.


Bibir Supri terlihat pecah-pecah, dan wajahnya seperti tak terjamah aliran darah. Kamar yang dimasuki Supri ini adalah sebuah kamar berwarna biru yang sebagian cat temboknya mulai terkelupas. Di sana tertempel beberapa foto seorang wanita. Foto-foto itu ditempel secara acak, namun memenuhi sisi kosong antara kusen jendela dan sudut kamar itu. Wajah yang berada di foto-foto itu sama semua. Iya, foto-foto itu hanya melibatkan satu orang wanita, yang kalo diperhatiin kayaknya dia tidak fotogenic. Ada pose fotonya yang lagi jogging di fly-over, ada juga pose yang lagi diem-diem nempelin upil di bawah meja, ada juga pose tuh cewek lagi ngeludah sembarangan.

Contoh foto-foto hasil jepretan secret admirer:


Read More